Minggu, 10 Januari 2010

katalogisasi perpustakaan islam

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang menaruh perhatian besar pada ilmu pengetahuan, hal ini terbukti dengan giatnya tulis-menulis sejak priode awal. Keterlibatan inilah yang juga mendorong cepatnya Islam menyebar ke daerah-daerah yang kaya akan buku dan perpustakaan kuno, sehingga mereka menemukan papyrus (lontar) dari Mesir dan menggali naskah-naskah kuno di daerah-daerah Telloh, Ur, Warka, Niniveh. Ugarit dan yang paling akhir Ebla yang terletak di wilayah Mesopotamia dan Mesir.
Perpustakaan-perpustakaan Islam tidak lepas dari dinamika peradaban orang-orang Romawi. Sebagaimana literatur-literatur bangsa Romawi banyak di kaji oleh orang-orang muslim pada masa abad 8-11 M. Dengan datangnya Islam terpancarlah fajar di negri Timur Tengah; pencerahan ilmu pengetahuan. Sejak Islam muncul di Arab pada zaman Nabi-para sahabat di lanjutkan masa dinasti.
Kalau kemajuan Islam pada masa Nabi dapat disebut sebagai kemajuan bidang agama dan politik; pada masa Khalifah Rasyidah sebagai kemajuan politik dan militer; pada masa Bani Umaiyyah sebagai kemajuan politik, ekonomi dan militer; maka kemajuan Dinasti Abbasiyah menambah panjang pencapaian kemajuan itu yakni politik. militer, ekonomi. sains dan peradaban. Dengan berkembangnya ilmu sains maka pada masa dinasti Abbasiyah banyak berkembang perpustakaan, meskipun sebelumya telah di pelopori oleh Khalid Ibn Yazid Ibn Mu'awiyah
Dilihat dari keberadaan perpustakaannya yang sanggat pesat, kita bisa bayangkan dampak dari konsen terhadap perpustakaan menelurkan keilmua yang sanggat pesat pula. Perpustakaan masa itu identik dengan bertumpukan kitab-kitab, Al-Qur'an, salinan-salinan dan sebagainya. Lalu bagaimana keberadaan perpustakaan pada masa itu, apakah sudah melakukan klasifikasi serta katalogisasi. lalu bagaimana sistim kerjanya.
Memang sanggat jarang literature yang membahas tentang bentuk kegiatan perpustakaan secara umum (pengadaan, pengolahan, pelestarian dan peminjaman) perpustakaan pada masa peradaban. Disini akan meninjau kegiatan pengadaan dan penolahan. Kebanyakan sejarawan meninjau dari aspek sejarah keberadaan perpustakaan secara fisik gedung, namun tidak menjamah secara substasi kegiatan perpustakaan pada masa klasik.
Seperti pendapat Mehdi Nakosteen yang dikutip Dr. Didin Saefudin mencatat ada 36 perpustakaan di Baghdad sebelum diluluhllantakan oleh pasukan Hulagu dari Mongol, diantaranya, 1. peprustakaan Bayt Al-Hikmah, 2 perpustakaan Umar Al-Waqidi yang diperkirakan memiliki 320 ekor unta beban buku-buku, 3 perpustakaan Dar Al-Ilm, 4. perpustakaan Nizamiyah, 5. perpustakaan madrasah Mutansyiriyah, 6. perpustakaan Al-Baiqani, 7. perpustakaan Muhammad Ibn-Husain dan 8 perpustakaan Ibn Kamil.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam pembahasan makalah ini kami membahas masalah yang berkaitan dengan perpustakaan klasik pada masa Abasiyyah meliputi :
· Bagaimana teknik system pengadaan bahan pustaka pada masa perpustakaan klasik?
· Bagaimana pengolahanya (klasifikasi, katalogisasi, penempatan koleksi) pada masa perpustakaan klasik?

C. METODE
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode literatur dengan menggunakan beberapa sumber buku yang berkaitan dengan masalah sejarah kepustakaan Islam mengenai pengadaan bahan pustaka.

D. TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dengan berkelompok untuk bahan diskusi mata kuliah Sejarah Kepustakaan Islam, selain itu juga untuk menambah pemahaman pada diri kita mengenai Sejarah Kepustakaan Islam pada masa klasik, sehingga kita memahami dan mengerti agar menjadi cerminan dari sejarah tersebut untuk dapat membangun kembali Sejarah Kepustakaan Islam pada masa kini dan yang akan datang agar islam ini benar- benar berjaya di muka bumi ini. Aamin.

PEMBAHASAN
· Teknik Sistem Pengadaan
Sistem pengadaan bahan pustaka pada masa klasik mungkin berbeda dengan masa sekarang. Kita kenal, pada masa sekarang pengadaan bahan pustaka bisa didapat dengan beberapa cara diantaranya: (1) Pembelian: pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku. (2) Hadiah: perpustakaan dapat menerima pustaka sebagai hadiah yang berarti perpustakaan dapat menghemat pembelian. (3) Pertukaran bahan pustaka: sebaiknya perpustakaan menerbitkan berbagai terbitan termasuk penerbitan badan induk. (4) Deposit: semua karya yang dihasilkan wajib disimpan pada perpustakaan pada keputusan rektor.
(5) Membuat sendiri: bahan pustaka yang dihasilkan oleh perpustakaan. Keanggotaan organisasi: badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi dan anggota dari perhimpunan tersebut memperoleh terbitan secara cuma-cuma.
Sebenarnya pada masa klasik ada kemiripan dengan kegiatan pengadaan bahan pustaka masa kini. Bahwa pada masa klasik sejak dinasti Abbasiyah berdiri, banyak para dermawan mengkonsentrasikan pada ilmu pengetahuan, sehingga banyak orang yang menjadi pencatat (Nassakh) dan penyalin (Warraq) di jadikan sebagai profesi. Seorang yang bisa membaca dan menulis merupakan orang-orang yang luar biasa. Mereka di gaji oleh para petinggi negara untuk mengerjakan penyalinan kitab (naskah kuno), yang nantinya koleksi itu di simpan dan dikaji oleh para ilmuan di perpustakaan.
Dinasti Abbasiyah yakni sebagai penerus dan pengembangan kemajuan itu, yakni politik. militer, ekonomi sains dan peradaban. Ilmu sains tidak jauh dari perpustakaan sebagai tempat informasi, sehingga sanggat memepengaruhi koleksi pustaka di perpustakaan. selain itu juga sudah barang tentu seluruh keperluan dan perawatan perpustakaan ada anggaranya, tujuanya agar tetap berkembang.sanggat mustahil tidak ada anggaran sebagaimana sejaha mencatat perpustakaan pada masa itu sanggat pesat. Pengelolaan pajak dari hasil pertanian masyarakat di kembangkan dan di perdayakan lagi kemasyarakat, melalui lembaga pandidikan seperti perpustakaan, dan madrasan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Yang pertama pada dinasti Abasiyyah sudah melakukan pembelian di kios-kios penjualan buku. Al-Maqrizi menyebutkan tentang "daerah kios buku" itu dalam penjelasanya tentang kairo pada abad ke-15, dan kami sering dengar tentang "pojok buku" atau "pojok warraq" di Baghdad. Pojok yang sama di Damaskus, tulis Ibn Batutah pada 1327, terletak di dekat masjid Umayyah. disana terdapat kios-kios yang menjual kertas, tinta, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan buku.
Yang kedua sudah ada hadiah bahan pustaka dari orang-orang dermawan sebagai koleksi pustaka untuk di gunakan. diataranya di perpustakaan masjid yang masuk sebagai perpustakaan umum, mendapat hadiah dari petinggi negara dan orang-orang kaya. Yang ketiga pertukaran disini bisa di kategorikan sebagai pertukaran informasi dengan bangsa Romawi, malakukan penerjemahan buku-buku kuno. filsafat dan sebagainya.
Yang keempat deposit. Kegiatan ini telah dilakukan, meskipun pada masa tersebut belum ada peraturan baku tentang wajib simpan karya. Namun para bangsawan mengkhususkan penyalinan karya yang mereka bayar sebagai koleksi perpustakaan. Entah itu pribadi ataupun untuk umum. Yang kelima membuat sendiri. dari hasil penelitian para ilmuan berkembanglah cabang ilmu yang beragam seperti teologi, tata bahasa matematika dsb.
Salah satu contoh anggaran belanja lembaga di perpustakaan Dar'l ilm atau Dar'l hikmah. Anggaran tersebut mencapai 257 dinar per tahun, menurut Al-Maqrizi. daftar belanja tetapnya meliputi: karpet-karpet dari Abadan dan tempat-tempat lain, 10 dinar; kertas untuk menulis 90 dinar; petugas perpustakaan, 48 dinar; air, 12 dinar; pelayan, 15 dinar, kertas, pena dan tinta untuk para ilmuan yang memerlukanya, 12 dinar, perbaikan karpet, 1 dinar, perbaikan yang mungkin di perklukan untuk lembaran-lembaran yang hilang, 12 dinar; karpet bulu untuk musim dingin, 4 dinar. jumlah totalnya terhitung 209 dinar.
Sisanya disediakan untuk keperluan-keperluan tambahan. Buku-buku diperoleh melalui penerjemah, tetapi beberapa tambahan mungkin juga diberikan sebagai hadiah oleh khlifah. Mengingat jumlah uang yang harus dibayarkan untuk buku, seperti misalnya 100 dinar untuk buku sejarah Al-Thabari dan 60 dinar untuk Jamhara karya Ibn Durayd, maka anggaran belanja yang di uraian tadi tampaknya terlalu rendah untuk pembelian buku-buku utama. Perpustakaan serupa juga didirikan oleh Al-Hakim di berbagai tempat lain seperti Al-Fustat, Mesir Lama.
· Pengolahan
Diseluruh penjuru wilayah Islam saat itu tersebar berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti kimia, matematika, kedokteran, teknik astronomi dan lain-lain. Bahkan para penjual kitab sebagian besar termasuk orang-orang berpendidikan cukup tinggi. Mereka memahamai berbagai macam ilmu pengetahuan, sehingga mampu turut serta dalam pembicaraan dan riset-riset para ulama dan ilmuan. Disamping itu kesungguhan kaum Muslimin terhadap ilmu tampak dalam pengaturan perpustakaan, pusat-pusat penjualan kitab, jadwal diskusi dan penelitian serta kegiatan-kegiatan rutin yang mereka lakukan.
Dalam perpustakaan dibuat beberapa ruangan, (1) untuk diskusi, (2) untuk pengkajian dan penelitian, (3) untuk menyalin, (4) untuk membaca, bahkan ada pula yang menyediakan (5) ruang untuk latihan musik, sebagai kegiatan tambahan untuk para pembaca yang gemar musik, disamping untuk menambah semarak pengunjung. Dalam rak-rak perpustakaan, kitab-kitab itu tersusun berdasarkan sistem klasifikasi tertentu menurut temanya masing-masing.
Hal tersebut terbukti dan hasil penelitian terhadap beberapa perpustakaan masjid tradisional di Kairo atau Tunis umpamanya. Al-Maqrizi menuturkan pada kita mengenai perpustakaan di Shiraz. Perpustakaan masjid. Perpustakaan tersebut terdiri satu ruang berkubah panjang yang berhubungan dengan ruang-ruang penyimpanan buku. Penguasa membangun tangga-tangga dari kayu berhias kira-kira setinggi orang dengan lebar 3 yard, yang mempunyai rak-rak dan atas sampai bawah di sepanjang ruang besar dan ruang-ruang penyimpanan buku tersebut.
Namun dibagian lain, sebelum datangnya Islam hal yang pernah dilakukan oleh orang-orang Romawi dalam mengelola perpustakaan dianggapnya adalah kegiatan yang mualia sama halnya dengan konsep Islam. Mereka orang-orang istana raja yang di percaya megurus perpustakaan, merawat koleksi-koleksi yang berharga. seperti filsafat dsb.
Dalam sejarah, koleksi perpustakaan Alexandria di kelompokan menurut ruang, artinya A menyimpan buku filsafat, ruang B menyimpan buku Astronomi, dan sebagainya. Pada abad menegah, perpustakaan biara memisahkan buku tentang buku ke agamaan (teologi) dari buku keduniawian (sekuler).
Katalog yang memuat bibliografi telah dikenal sejak zaman Ashurbanipal. Hal ini terbukti dari hasil penggalian dibekas kerajaan Assyria. Katalog tersebut dikenal dengan mana penakes yang disusun oleh Callimachus, pustakawan perpustakaan Alexandria.
Data bibliografi dalam penakes memuat judul singkat sesuai dengan keterangan yang terdapat pada gulungan papirus. Pada abad-abad berikutnya katalog diterbitkan dalam bentuk buku, kemudian diganti dengan kartu. Kini dalam abad informasi, koleksi perpustakaan tetap saja disusun menurut aturan tertentu, hanya media mencatatnya kini menggunakan alat elektronik sehingga dikenal dengan katalog elektronik.
Prinsip ini nyata sekali pada klasifikasi koleksi perpustakaan modern seperti klasifikasi desimal Dewey, Library of Congress maupun Universal Decimal Clasification. semunya disusun menurut subjek. Ketiga bagan klasifikasi tersebut banyak dipakai perpustakaan. Sudah tentu ada bagan klasifikasi lain serta dalam sejarah ada pula bagan klasifikasi sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan diatas tersedia untuk penyimpanan. Berisi tentang, agama, tata bahasa, matematika, teknik astronomi, musik dan kedokteran.
Tokoh yang sanggat agung dalam dunia perpustakaan Islam adalah Ibn Al-Nadim pada abad ke-10. Beliau telah mengarang kitab Al-Fihrist (indeks) yang di selesaikan kurang lebih pada tahun 987 M, Di Irak. Beliu memiliki toko buku yang besar, hingga itu beliau mencatat nama-nama pengarang dan judul-judul buku yang di karang oleh orang, serta mencatat tentang subjek, lalu beliau susun dengan bahasa Arab. Di dalam toko bukunya ada salah satu ruangan untuk para pembaca serta orang-orang yang ingin berdiskusi, diantaranya para ilmuan. Beliau adalah orang yang sanggat cinta pada buku, hingga suatu ketika istrinya cemburu, karena sangking cintanya beliau pada buku.


KESIMPULAN
Pada masa klasik tepatnya pada dinasti Abasiyyah sudah terjadi kegiatan teknik pengadaan di perpustakaan. Pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid dan dilanjutkan Al-Ma'mun tepatnya pada abad 8-11 Masehi sebagai pengayaan ilmu-ilmu pengetahuan. Mengumpulkan buku-buku dari koleksi naskah kuno bangsa Yunani
Pengolahan bahan pustaka dilakukan dengan cara yang unik mulai dari cara penyalian buku hingga, klasifikasi dan penempatan koleksi di rak. Semunya di lakukan dengan penuh semanggat dengan gaya seni. Diantarnaya tempatnya nyaman, terdapat hordeng dan karpet. Meberi kesan agar pengunjung betah. Selain itu juga perpustakaan sebagai tempat perkumpulan para ilmuan, berdiskusi dan meneliti.


















DAFTAR PUSTAKA
Pedersen, J., Fajar Intelektual Islam: Buku Dan Sejarah Penyebaran Informasi Di Dunia Arab, Penerjemah Alwiyah Abdurrahman, (Bandung, Mizan, 1996).
Nasution, Harun., Islam Rasional, (Bandung:mizan, 1995).
AR, Sirojuddin., Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta:pustaka panjimas, 1987).
Syalabu, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, (Jakarta:al-Husna Zikra, 1995).
Sou'yb, joesoef., Sejarah Daulah Abbasiyah III, (jakarta: bulan bintang,1978).
Saefudin, didin., Zaman Keemasan Islam: Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti Abbasiyah, (Jakarta:Grasindo, 2002).
Al-Baghdadi, Abdurrahman., Sistem Pendidikan Dimasa Khilafah Islam, (Surabaya:Al-Izzah, 1996).
http://www.goodreads.com/story/show/6115.Perpustakaan_Islam?chapter=1/M.Djaenudin. di kutip pada tanggal 19 oktober 2009
http://echyli2n.blogspot.com/
http://202.155.15.208/berita/34533/Baghdad_Metropolis_Intelektual_Abad_Pertengahan
http://al-hudaz.blogspot.com/
http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/08/perpustakaan-islam-periode-klasik.html/ Dra. Sismarni, M.Pd. 19 oktober 2009
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/masa-keemasan-islam-bani-abbasiyah
http://akademiislam.wordpress.com/
http://elfalasy88.wordpress.com
http://kasadaranlink.blogspot.com/2007/07/bayt-al-hikmah-dan-tradisi-intektual.html
http://whandi.net/2009/01/islam/khilafah-bani-abbas-masa-kemajuan-islam.html
http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/zaman-dalam-puisi-arab-mutakhir.html/ Drs.Yulizal Yunus.19 oktober 2009
http://abhicom2001.multiply.com/journal/item/182/Ketika_Perpustakaan_adalah_Rumah_Bijak
http://www.goodreads.com/story/show/6115.Perpustakaan_Islam?chapter=2/ Ahmad Sarwat, Lc. di kutip pada tanggal 19oktober 2009



Tidak ada komentar: