Bangsa
kita, kini dalam arena gobalisasi dan modernnisasi. Apakah Pancasila sebagai dasar Negara, mampu mengawal bangsa dan Negara Indonesia? Satu pertanyaan yang muncul dalam
perbincangan. Sebagai dasar Negara,
pancasila dirumuskan untuk kemaslahatan rakyat Indonesia, plural dan
majemuk
Modernitas
mendorong masyarakat ikut menyelaminya, meski tidak semua masyarakat mempersiapkan.
alhasil modernitas yang dikembangakan dunia barat belum cukup-kembang di
tengah-tengah masyarakat, seiring kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi sejalan
dengan kecanggihan teknlogi-teknologi yang baru, siap saji, dan dapat diperoleh
dengan mudah. Konsumerisme dan hedonisme ditengarai bagian dari hambatan pola pikir masyarakat,
untuk lebih kretif dan imajinatif, sehingga daya saing bangsa-negara kita ini ditengah-tengah
gobalisasi tidak tertinggal.
Tentu
pancasila dan Negara sejalan dengan perkembangan dan perubahan yang memiliki
esensi nilai-nilai budaya luhur dari masa-kemasa. Mengusung keberagaman dan
kebersamaan. Mendorong kemajuan bangsa, dan Negara dalam memakmurkan dan
mensejahterakan rakyat. Maka semestinya masyarakat peka terhadap pacasila. Nilai-nilainya
dapat memberikan ruang dalam kelanjutan kehidupan, mampu membuka cakrawala
baru, meberikan azas dan pendirian dalam ranah modrenitas, menerobos ruang dan
waktu, menghingakan sekat antar etnis, ras, budaya dan agama.
Tidak
dapat dipungkiri, modenitas bagian perekat antar sekat, dimensi yang tak terjaamah
selama ini, kian waktu seakan tanpa batas, yang jauh main dekat, tak tampak
kian namapak. Kehebatan ketnologi dimasa modern bagian dari pembangunan
keberadaban manusia dimuka bumi, oleh karenanya bangsa dan Negara tentunya
harus mengusung kearah kemajuan, keterbaruan dan kecangihan, meski tidak harus
menghilangkan norma-norma dasar Negara.
Kemajuan
Perubahan
dan harapan bangsa ini dirasakan dan diharapkan lebih baik, guna berlangsungnya
keamanan dan kenyamanan dalam segala aspek. Aspek pengetahuan, teknologi,
ekonomi, sosial dan politik dan budaya. Tentu masyarakat ingin, bangsa-negara ini,
dapat dipandang oleh Negara-negara lain, sebagai bukti eksistensi masyarakat
majemuk dan dinamis.
Berbagai
inovasi terus digalakan, mulai dari ide-ide kreatif, imajinatif, solutif, agar
dapat diperkaya bisa dimanfaatkan buat masyarakat secara umum dapat menikmati hasil
olah anak negeri, serta tentunya menjadi ispiratif, bagi sebagian masyarakat
yang memiliki potensi, akan tetapi sering kali mereka masih tertidur dalam
kenyamanan atau kegetiran kehidupan.
Sering
kalai mereka yang memiliki potensi, namun belum diperdayakan dan dioptimalkan.
Disebabkan, karena dukungan dan fasilitas tidak ada. Para kreatifator, baik
yang dilakukan oleh bangsa kita sendiri, maupun menjalin kerjasama dengan Negara
luar yang sering diadakan oleh pemerintah diharapkan dapat menularkan semangat,
bagi masyarakat, khususnya generasi muda pewaris moderitas.
Gaya
kebarat-baratan (westernisasi), tanpa disadari telah merasuki dan menempati, apa
yang dinamakan tradisi. Berbagai kalangan kini berduyun-duyun mengaplikasikan
dalam setiap keadaan. Tentu tindakan ini seakan-akan memaksa, mengintimidasi
dan menelanjangi tradisi keindonesiaan, meski perlawanan sebagain kalangan
untuk menyeimbangkan, dengan berbagai cara bermunculan dan terus digaungkan.
Kebaruan dan kecangihan barat, memang patut diakui. Seiring persaingan global
yang luas, dan melebar, barat dapat mengoyak sendi-sendi kelemahan dunia-dunia
lain. Menyusup dan menjajah dengan melalui kekuasaan ekonomi, apa yang disebut
ekonomi liberal dan sebagainya.
Menghunus
dan mengorek kehidupan secara keseluruhan masyarakat bangsa ini. Melakukan pola-pola
baru, image baru yang sering kali
kita mudah terpedaya dengan tampilan, mudah terheran-heran, kagum dengan
kehebatan mereka. Nyatanya tanpa disadari dibalik itu semua, berdampak buruk. Kita
lihat, berapa banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) luar negeri yang berada
di Indonesia. Alih-alih kegiatan sosial, justru sebaliknya mereka meyusun
strategi, mencari potensi dan memotrait kelemahan. Kita patut mencurigai. Wacana
ini sering kita dengar ungkapan-ungkapan para tokoh-tokoh besar Indonesia ini. Contoh
lain gerakan separatis yang sering kalai muncul di bagian timur, kalau bukan
dukungan mereka.
Kehebatan
kita adalah seringkali menganggap dunia barat paling hebat, maha sempurna, kagum
dan mudah terheran-heran. Dari mulai gaya hidup, gaya bersosial, semuanya
berkiblat kepada Barat. Dalam dunia akademis juga rupanya demikian, teori-teori
barat diadopsi dalam penerapan kultur Indonesia. Kita sepakat ada benarnya
mengakui teori-teori tersebut. Namun tidak semua teori cocok dengan kultur
keindonesiaan. Mereka sangatlah pandai dalam tipu muslihat. Coba teori-teori
yang kita pahami selama ini, manusia berasal dari kera misalnya. Ternyata teori
ini, Darwin, teori bohong. Contoh lain, kita kenal penemu matematika asal
barat, ternyata penemunya berasal dari Timur Tengah, yang mampu memiliki
keahlian seratus disiplin ilmu, Al Khawarizmi. Contoh untuk membuka tabir
sesungguhnya, sehingga bangsa kita lebih percaya diri, dan menjadi dirisendiri
sesuai tradisi keindonesiaan bukan tradisi kebarat-baratan.
Fobia
barat kian hari-kian nampak, sejak anak-anak hingga orang dewasa.
Penyederhanaan tradisi baru, memang dipersilahkan, mudah dan dapat diterima
bila masuk dalam ranah ketimuran yaitu keindonesiaan. Tradisi yang seperti apa,
yaitu tradisi yang dapat mengakat nilai-nilai agama, ras, entnik budaya. Inilah yang dianut bangsa Indonesia, sejak
dulu dan hingga kini seharusnya kita jaga. Dan semestinya kita ini bagsa yang
beruntung, ketibang bagsa lain-masih mencari rumusan dasar Negara. Pacasila dasar
Negara kita, tegas dan lugas.
Moralitas
yang diajarkan pancasila sangat elegan dan relevan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menjung-jung tinggi bahwa Tuhan di atas segalanya. KeEsaan Tuhan
merupakan kenbenaran yang Haq, nyata dalam kehidupan. Kemanusian yang Adil dan Beradap
sebagai bentuk keadilan, mencerminkan karakter mayasrakat Indonesia berbangsa
dan bernegara.
Persatuan
Indonesia bentuk kebersamaan dalam mengusung kemandirian bangsa secara
terus-menerus tanpa lehan dan letih. Mengarahkan dan menyadarkan lapisan
masyarakat sebagai wujud dan kepedulian-kesadaran sabab-musabab dari
kebersamaan demi kemerdekaan agar sadar berangkat dari penindasan
Berpijak
pada kemerdekanan. Bersama-sama kita maju, memilih dan memilah, mengusung bentuk-bentuk
peraturan guna kemajuan bangsa, sehingga keadilan sosial dapat terwujud dan
dirasakan segenep bangsa. Keterpurukan ekonomi kita bangun bersama, aspirasi
masyarakat bagaian dari unsur pembagunan kebijakan demi kemajuan dan
kesejahteraan.
Kepedulian
Kepedulian
sangat diharapkan dalam meningkatkan mutu. Mutu pemersatu dalam berbagai hal
positif. Membangun, mendirikan, menyatukan prinsip-prinsip dasar bernegara dan
berbangsa melalui peningkatan harkat dan martabat. Pendidikan bermutu, kwalitas
semakin dimaksimalkan pemerataan ekonomi semakin diterapkan. Hal demikian itu
butuh tindakan konkrit. Oleh sebab itu, pemerintah wajib turun tangan merangkul
problem tersebut.
Persoalan
meningkatkan yang lebih baik harus ditanam, jangan sampai perubahan
keindonesiaan menjadi kebaratan memporak-porandakan tatanan konstruktif
berbangsa dan bernegara. Butuh gasan- gagasan rasional, guna membentengi arus
globalisasi dewasa ini. Kita siap menyapa dunia internasional untuk menunjukan
kiprah bangsa Indonesia. Tapi juga jangan tingalkan dan jangan lupakan wawasan
nasional bahkan wawasan kedaerahan masing-masing individu yang mampu menhantarkan
kita hidup hingga kini dalam kemajemukan.
Tersenyumlah,
bangga memeluk erat kebinekaan bangsa kita, Indonesia. Jagalah keragaman yang
telah dituangkan dan ditularkan para founding
fathers kita. Ia, mencita-citakan dalam visi dan misinya menjadi bangsa
yang adil dan beradap, makmur, sejahtera dan mampu bersatu. Ibu pertiwi menangis
bila kita sebagai generasi muda dalam ranah arus globalisasi tertinggal jauh
oleh Negara lain, dan lupa akan pesan-pesan serta wejangan dan nasihat-nasihat
para pendiri bangsa, yang tertuang dalam pancasila. Mari kita lakukan semampu
kita, menurut keahlian serta semangat kita dalam perbedaan. Ironis bila pancasila
itu dilupakan. Alangkah baiknya, nilai-nilai yang terkandung dalam wasiat dan
doa para pendiri bangsa, kita aplikasikan dalam mengarungi dunia modern saat
ini.
Oleh
sebab itu sangatlah wajar menyikapi perubahan yang musti kita terima, denga senyum,
sapa dan lapang dada, serta bijak sana. Tidak membenci dan tidak menjauh dari
semua yang ada, dan kenyataan dalam dunia modern saat ini. Mari kita berkopentensi
menjunjung tinggi, menciptakan inovasi, serta aktualisasi diri dalam menjunjung
tinggi keindonesiaan. Semua bisa dilakukan oleh segenap elemen masyarakat, dari
hal sekecil mungkin untuk ikut membangun bangsa dan Negara agar lebih maju.