Minggu, 05 April 2009

bingkai sumpah pemuda

KEMBALI KEBINGKAI

SUMPAH PEMUDA

Mari kita telaah dan cermati hari bersejarah, dimana tepat pada tanggal 28 Oktober 1928. saat itu para pemuda-pemudi berbagai suku, berbagai latar belakang berikrar, bersatu padu untuk merapatkan barisan menggapai satu tujuan yaitu, berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia, yang terakhir bertanah air satu tanah air Indonesia. Pernyataan itu jelas keluar dari benak para pemuda-pemudi saat itu. Betapa tidak, rasa keadilan ingin diciptakan, hidup makmur ingin dirasakan serta hidup sejahtera ingin tumbuh ditanah air tercinta: Tanah air Indonesia

Namun itu semua apakah telah terwujud hingga terlahir 17 Agustus 1945 yang telah diimpikan itu, hingga sekarang. Akhirnya kemerdekaan tiba, Soekarna-Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan memang bagi saya itu sebuah anugrah yang sanggat pantas. Kalau tidak ada sumpah pemuda apakah kita jadi bangsa Indonesia tercinta ini? Atau bukan. Namun yang jadi pertanyaan apakah kemakmuran, keadilan dan sejahtera telah dikenyam oleh masyarakat luas dari dahulu hingga sekarang?

Kenyataan ini Tampak jelas pelbagai pergerakan pemuda-pemudi yang telah menjadikan peradaban perjuangan yang dinamis dari masa-kemasa mengukir sejarah ditanah air ini: Indonesia. Tujuanya adalah ingin menancapkan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan hidup Masyarakat indonesia Namun apakah peradaban itu akan membuat Mahasiswa atau pemuda-pemudi saat ini mampu mengadopsi semanggat juang Mahasisiwa dahulu? Untuk melanjutkan cita-cita yang telah terukir sebuah sejarah. Menurut Dr. Kuntowijoyo, paradigma Islam interpretasi untuk Aksi. Peradaban tidak lepas dari unsur-unsur yang mendukung diantaranya adalah politik, perekonomian, perkembangan ilmu pengetahuan, yang akhirnya menciptakan kultur budaya pada manusia tersebut. Hal ini telah jelas bahwa tujuan daripada sumpah pemuda tidak lain dan tidak bukan ingin mempersatukan bangsa dari berbagai ideologi, dari tekanan pemerintahan kolonialisme, yang syarat degan penderitaan yang tiada akhir. Memang kita tahu perjuangan pra 1945 identik peperangan dengan senjata. Nyawa yang jadi bayaran. Berapa banyak yang telah gugur dalam pertempuran, dan mereka itu adalah Pahlawan. Mari para pamuda-pemudi, Mahasisiwa-mahaisiwi tundukan kepala sejanak, apakah kita dalam bingkai sumpah pemuda yang telah berusia 80 tahun. Apabila tidak, apakah yang terisi dalam benak pemuda sekarang.

Mari kita kembali kebingkai sumpah pemuda, kita isi dengan hal-hal yang positif. Maju dan mundurnya suatu bangsa adalah pemuda. Kenapa demikian, karena pemuda yang akan menjawab perkembangan zaman, kalau bukan pemuda siapa lagi! Tak menepis anggapan belbagai kalangan bahwasanya nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda tampaknya sudah menjauh dari para pemuda-pemudi masakini, karena dilihat dari segi ideologi sanggat berbeda yang pertama pemuda sekarang lebih mementingkan diri sendiri atau golongannya, egoisme, fanatisme atas nama agama, ras, suku dan juga partai politik. yang kedua perbedaan dianggapnya sebagai permusuhan. Kenapa jadi begini, karena faktor ini tidak lepas dari dinamisasi peradaban tersebut yang tumbuh dari kultur budaya setiap individualisme. Hal ini sanggat rill kita lihat salah satu contoh orang berlomba-lomba memperkaya dengan berbagai cara tak memperdulikan itu hak siapa. kalau memeng semua orang punya ideologi seperti itu, apakah akan ada hal positif sisi sosialnya? Saya rasa tidak! Mengapa, karena tidak ada kebersamaan yang akan

membentuk peradaban positif itu sendiri.

Sepatutunya mari kita jauhkan rasa Pesimisme, tumbuhkan rasa Optimisme. Rangkul bersama-sama, kita maju dalam keberagaman dari berbagai suku, berbagai etnis, berbagai bahasa dan budaya yang begitu banyak hingga ada yang tidak terjamah (dipatenkan Negara lain). Bukankah kita tidak merasa bangga mendapat keberagaman yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Patut kita banggakan dan patut kita syukuri. bagaimana tidak? Diantara bahasa yang ada didunia ini, Indonesia menempati 12%. Jumlah bahasa yang ada di Indonesia dari berbagai daerah berjumlah 764. dari 12 Ribu bahasa di seluruh Dunia. Hal ini telah jelas begitu banyak bahasa ditanah air ini, hingga akhirnya 1928 tepat pada tanggal 28 Oktober sepakat bahasa Nasional Indonesia adalah bahasa Indonesia baik dari Sabang hingga Merauke berjanji menyepakati dengan lapang dada.

Dari dahulu hingga sekarang mahasisiwa sebagai pilar utama. Untuk itu sebagai Mahasiswa sepatutunya mengobarkan semanggat Nasionalisme sesuai kemampuan masing-masing bagi saya hal yang efektif baik melalui sosialisasi minat baca. itu yang pertama. Kenapa minatbaca? kiranya tidak bermutu. Memang tampaknya sepele, tapi tidak menutup kemungkianan seseorang tidak suka membaca tidak dapat penerangan yang lebih jauh jarak pandangnya. Untuk itu minatbaca harus ditingkatkan karena dengan membaca kita bisa menjelajah melalui jendela ilmu pengetahuan. Yang kedua: sumbangan buku. Buku tidak pernah pudar kandungan isinya, maka dari itu banyak sekali sekolah-sekolah yang masih membutuhkan buku-buku yang masih bisa dipakai, namun tidak hanya di sekolah saja, bisa di sumbangkan di yayasan anak-anak jalanan, karena banyak yayasan yang mengelola, bertujuan untuk apa. Itu semua tidak jauh dari rasa Nasionalisme adalah ingin menjunjung tinggi hak belajar dan hak mendapat ilmu pengetahaun setiap manusia. Yang ketiga: pengajaran yang sifatnya dedikasi baik dalam keluarga atau pun dilingkungan tetangga karena hal ini sanggat berpengaruh, impace.

Mahasisiwa seharusnya mamapu menciptakan generasi dibawahnya. Mari kita inggat pepatah yang mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonya, pribahasa ini boleh jadi referensi yang sanggat jelas dan mudah dicerna dengan pemahaman yang minim sekalipun. Artinya sedikit apapun nasehat atau ajakan yang sifatnya membangun memotifasi pada adik-adik dan kawan-kawan kita itu akan menjadi effek yang sanggat baik. Ini yang kita diharapkan, bukan bercerai-berai saling bentrok dan saling menyerang. Kondisi seperti ini sanggat delematis. Masih banyak kegiatan yang bermakna, masih banyak waktu untuk kita perbaiki. Jadikan Moral yang baik serta Ahlak yang mulia. Secara tidak langsung hal ini artinya sedang mencetak, memproses sedemikian rupa agar semanggat, rasa juang, rasa Nasionalisme dan kebersamaan akan tumbuh dan berkembang dibenak yang tulus di setiap generasi baru nantinya.

Potensi yang sanggat fundamental dalam hal ini adalah melalui sektor pendidikan seperti yang diungkapkan diatas, baik formal maupun nonformal apapun wujudnya dalam mengaplikasikan. Intinya generasi-generasi baru mampu masuk dalam kesatuan yang terdapat dalam tiga pilar Sumpah Pemuda. Entah wujudnya itu individu maupun organisasi yang menciptakan kebersamaan tanpa membedakaan suatu golongan itu yang lebih utama dan paling utama.

Nama: Sudin Antoro, Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Semester V. Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak ada komentar: